Blog ini dinonaktifkan dulu ya. ;-)
Hanya sedikit cerita tentang hal-hal yang terjadi di hidupku.
Sunday, August 4, 2013
Friday, July 26, 2013
Kata - Kata Motivasi
Di atas langit, masih ada langit, tetapi langit pun masih ada batasnya
bukanlah sesuatu yang tidak mungkin kalau kita bisa menyentuh langit.
- Muhammad Taufiqi -
Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda,
tapi ingat, kita tidak selalu harus gagal terlebih dahulu untuk berhasil.
- Muhammad Taufiqi -
Kemenangan di masa mendatang, itu ibarat sesuatu yg ada tetapi tidak bisa dilihat. Jangan berhenti mengejar kemenangan, karena kadang kemenangan itu sudah beberapa centi di depan kita, tapi kita menyerah di titik itu, sehingga kita tidak pernah sampai di titik kemenangan yang sebenarnya sudah dekat. Maka melajulah, terus dan terus. Kau tidak akan sadar, kau sudah jauh dari saingan2 lainnya...
bukanlah sesuatu yang tidak mungkin kalau kita bisa menyentuh langit.
- Muhammad Taufiqi -
Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda,
tapi ingat, kita tidak selalu harus gagal terlebih dahulu untuk berhasil.
- Muhammad Taufiqi -
Kemenangan di masa mendatang, itu ibarat sesuatu yg ada tetapi tidak bisa dilihat. Jangan berhenti mengejar kemenangan, karena kadang kemenangan itu sudah beberapa centi di depan kita, tapi kita menyerah di titik itu, sehingga kita tidak pernah sampai di titik kemenangan yang sebenarnya sudah dekat. Maka melajulah, terus dan terus. Kau tidak akan sadar, kau sudah jauh dari saingan2 lainnya...
Friday, July 19, 2013
A story, final onmipa 2013.
Apa yang kita kerjakan, kita lakukan, kita pasti akan memetik manfaatnya, cepat atau lambat. Aku punya cerita. Dulu setelah pengumuman lulus SMA dan diterima di ITS, aku benar-benar nganggur nggur, tidak ada kerjaan, tidak ada tugas, hampir selama dua bulan. Maka di dua bulan itu aku beli dua buku kuliah, yang kecil-kecilan, tentang turunan integral dengan metode-metode yang lebih banyak dan persamaan differensial. Aku pelajari pelan-pelan, pagi, siang, sore, sambil ditemani kopi nescafe yang langsung dicampur dengan air dingin dan diaduk keras-keras. Tentu, aku kesulitan ketika belajar dua buku itu, tapi pelan-pelan saja lah, toh g dikejar waktu. Sampai merasa sudah lumayan, aku mulai cari permasalahan-permasalahan fisis yang berhubungan dengan materi yg sudah tak pelajari itu. Maka aku mengarang sendiri, aku teringat hukum stokes, yaitu tentang gaya gesekan di fluida, yang langsung tak analogikan pada kasus gerak parabola dengan gesekan udara. Karena aku g punya buku fisika yg menerangkan itu, maka aku misal-misal sendiri, aku karang-karang sendiri, dan sederhanakan-sederhankan sendiri. Aku cari kecepatan setiap saatnya, aku cari posisi setiap saatnya, dan tentu, ketinggian maksimumnya, dan jarak horizontal terjauhnya. Integral-integral yg cukup rumit, untuk ukuran sma dulu, benar-benar menyulitkan, sampai-sampai aku email Pak Yohanes Surya untuk menanyakan soal-soal itu, sok sokan aku. Tapi ndak ada jawaban, mungkin emailnya sudah tidak dipakai. Ah, maka aku persimpel persoalannya, aku buat gerak jatuh bebas dengan gesekan udara, nah, ini lebih simpel, dan benar aku bisa mencapai hasil akhir. Itu sekitar tiga tahun silam.
Nah sekarang, saat final onmipa kemarin, ternyata soal dengan gesekan udara tersebut muncul! Dan kasusnya sama! Bahkan menurutku lebih mudah dibanding yang tak buat dulu. Wah ini cocok. Aku langsung slur aja ngerjakannya, cepet aja, toh dulu sudah pernah tak kerjain. Dan dua halaman pun habis dalam waktu lumayan singkat. Dan pointnya waktu itu lumayan, sekitar dua puluh lima persen dari total poin.
Nah itu, ketika kita mengerjakan sesuatu, jangan selalu cari yang instan lah, karena apapun yg kita kerjakan, pasti akan kita ambil manfaatnya, cepat, atau lambat. Karena Tuhan Maha Tau, dia akan memberi kita apa yang kita kerjakan, bahkan lebih. Mau mengalami sendiri? Maka cobalah, ambil sebagian waktu luangmu, dan lakukanlah...
Saturday, July 13, 2013
Just be Honest
Waktu itu tes terakhir onmipa, waktu kuantum, di jam-jam terakhir. Aku sedang mengerjakan soal yang cukup rumit. Hingga mau mendekati selesai, aku tersandat di hasil akhir. Tersandat dengan integral yang kebetulan lupa nilainya. Dan nilai itu g bisa dicari lewat hitungan biasa, caranya ya dihafal. Dan aku lupa hafalannya. Waktu itu aku ada kalkulator, dan kalkulator itu bisa menghitung integral secara langsung. Aku punya pilihan. Curang, dalam artian kupakai kalkulator itu untuk menghitung integral. Atau tetap jujur dengan menebak hasilnya. Waktu itu aku berdoa, Ya Allah, aku mau jujur, berikanlah aku hasil terbaik ya Allah. Dan aku tidak menggunakan kalkulator. Sampai waktunya habis. Dan Alhamdulillah hasilnya emas. Setelah pembagian medali, ada ruangan tempat meyimpan hasil tesnya. Anak-anak pada kesitu untuk mengambili kertas tes yang sudah berceceran. Aku juga, aku cari hasil kerjaanku. Ternyata cuma ketemu yang kuantum. Aku lihat aku perhatikan soal yang hasilnya kutebak. Ternyata, sama juri dinilai sempurna, yang seharusnya mungkin bernilai 90% saja. Padahal integralnya salah setelah tak cek. Mungkin luput. Mungkin tidak terlihat mata. Aku ditolong oleh-Nya ^^. Karena kejujuran ^_^.
"Kutipan Cerita" from my special person.
"Kutipan Cerita" from my special person.
Monday, July 1, 2013
OSTN Jogja 2012
Sebuah kesan dan pengalaman di Jogja
Mau berbagi pengalaman di Jogja kemarin, tepatnya awal November 2012 kemarin. Ini beberapa ceritanya. Kemarin di Jogja, aku kebagian sekamar dengan 3 mahasiswa dari ITB, yang paling kiri, memakai baju biru, namanya Surya, yang pakai jaket kuning, namanya Joko, yang duduk, namanya Rosi. Kesan pertama ketemu, aku ndredeg, grogi, soalnya tahun kemarin ITB ndak ikut, jadi persaingannya lebih ringan, tpi tahun ini ikut, sekamar lagi. Kami sempat2 ngobrol2 bentar, sekedar tanya jurusan, atau asal tempat tinggal. Terus yang aneh, setelah berkenalan sebentar, kami berempat sudah mulai, mulai apa hayo? mulai buka buku bener, padahal mereka dari bandung, baru sampai pagi, terus ke hotel, dan menurutku hotelnya g biasa, nyaman, buat tidur itu sangat enak. Itu suasana yang aneh, Surya baca ppt di laptopnya, Rosi baca catatannya yg tentang vektor2 ruwet, Joko baca buku Camble besar. Pada saat itu tvnya sedang nyala, dan kalau tak amat2i, frekuensi yang paling sering menoleh ke tv itu aku, haha. Yang lain sudah nggetu sendiri. Dan itu berlangsung berjam-jam, sampai aku memutuskan untuk tidur dlan. Mereka bertiga punya semangat dan karakter yang bagus. Contohnya Surya, dia orangnya grapyak abis. Tiap duduk, n ketemu orang yang g dikenal, dia ngajak kenalan, g peduli dimana, pas pembukaan kek, atau pas ketemu di mesjid kek, bahkan pas makan dia mengarah ke kerumpulan orang yang dia g kenal buat diajak kenalan. Orangnya sopan, suka cerita, tapi kalau sudah menghadap buku, kuat banget, bahkan sampai jamnya makan, dia sambi belajar, siang belajar, sore belajar, malemnya sampai jam 11, lebih mungkin soalnya aku tidur duluan. Kalau Joko, dia orangnya inisiatif, dia bisa mengatur jadwal, jam segini kesana jam segini kesitu, sepertinya dia orang yang sakit-sakitan, soalnya dia bawa banyak obat. Kalau dari 'penyelidikanku', dia itu ketua organisasi seperti FOSIF di ITB, dan dia jadi wakil ITB di olimpiade :). Kalau Rosi, dia punya dahi yang hitam, dengan celana cekak. Pikiran pertamaku, wah dia bakalan dakwah dengan gencar, soalnya pengalaman di ITS seperti itu. Tapi ternyata endak, dia santai2 aja, kalau ngomong pelan, dan g pernah ngajak diskusi, tapi kalau menurutku dia sedang dakwah, tapi tidak secara langsung. Contohnya, waktu itu sudah asar, aku masih ruwet dengan urusanku di kamar, kemudian Rosi berdiri sambil bilang "aku ke mushollah dulu ya", nah ini, izin, sekaligus mengajak secara tidak langsung. Aku memang g terasa diajak, tapi sungkannya itu lo, dia shalat ke musholla, aku endak, akhirnya aku ya bangkit, ngambil air wudlu dan berangkat. Dakwahnya berhasil. Kalau di ITS, aku pernah, waktu duduk2 di kantin, ada orang pakai baju koko dan celana cekak, kemudian bilang dengan suara yang lantang "sudah shalat!", tak jawab "sudah". Ketiga temenku itu punya beberapa karakter yang identik, contohnya, mereka bertiga baca qur'an sehabis shalat, shalatnya cenderung ke mushollah atau masjid, dan mereka bukan tipe2 guyon yang nggedabrus, atau nggojlok. Mereka ngomongnya enak, santai, tapi bahannya berat, contohnya kita kemarin ngobrol masalah hape, komputer, monopoli pasar, sampai MUI, sampai hisap hilal, dan, g ada perdebatan. Bkan karena kita pendapatnya sama, tapi g ada debat aja, yg ada diskusi. Mereka bertiga setia kawan, aku kan dari ITS sendiri, kenal juga baru saja, tapi mereka itu g berangkat makan, atau g berangkat ke acara, kalau aku juga belum siap. Dan gitu itu ndak ada kata2 kita tungguin fiqi dl ya, mereka diem aja, kayak saling paham begitu, dan kalau aku sudah siap, si Joko selalu mengawali, yuk berangkat. Wow. Pernah aku mandi sengaja tak lama2in, itu waktunya makan pagi, aku pengen tahu, mereka bakal nunggu atau berangkat dlan ya, kalau g salah mandinya tak buat 45 menit, dan pas keluar dari kamar mandi, mereka masih menunggu, dan menunggunya itu g diem, tapi sambil baca Al-Qur'an, ketiga-tiganya. Dan pas aku dapat peringkat ketiga, mereka belum dapat kesempatan untuk mendapat peringkat. Kalau orang pada umumnya, biasanya mereka diem, mengucapkan selamat, trus sudah, diem lagi, seperti merenung. Kalau mereka, pas aku dudk setelah pemberian tropi, aku disalami, diucapin selamat. Pas dikamar setelah itu, mereka nyelamatin lagi, kemudian ada yang bilang "Meski kita g dapat, Alhamdulillah di antara kita ada yang dapat, kita ikut seneng kok", kemudian ada yang menyahuti "iya, kita juga ikut seneng kok". Yah seperti itu beberapa pengalaman kemarin. Semoga bisa diambil hikmahnya ya :D
Mau berbagi pengalaman di Jogja kemarin, tepatnya awal November 2012 kemarin. Ini beberapa ceritanya. Kemarin di Jogja, aku kebagian sekamar dengan 3 mahasiswa dari ITB, yang paling kiri, memakai baju biru, namanya Surya, yang pakai jaket kuning, namanya Joko, yang duduk, namanya Rosi. Kesan pertama ketemu, aku ndredeg, grogi, soalnya tahun kemarin ITB ndak ikut, jadi persaingannya lebih ringan, tpi tahun ini ikut, sekamar lagi. Kami sempat2 ngobrol2 bentar, sekedar tanya jurusan, atau asal tempat tinggal. Terus yang aneh, setelah berkenalan sebentar, kami berempat sudah mulai, mulai apa hayo? mulai buka buku bener, padahal mereka dari bandung, baru sampai pagi, terus ke hotel, dan menurutku hotelnya g biasa, nyaman, buat tidur itu sangat enak. Itu suasana yang aneh, Surya baca ppt di laptopnya, Rosi baca catatannya yg tentang vektor2 ruwet, Joko baca buku Camble besar. Pada saat itu tvnya sedang nyala, dan kalau tak amat2i, frekuensi yang paling sering menoleh ke tv itu aku, haha. Yang lain sudah nggetu sendiri. Dan itu berlangsung berjam-jam, sampai aku memutuskan untuk tidur dlan. Mereka bertiga punya semangat dan karakter yang bagus. Contohnya Surya, dia orangnya grapyak abis. Tiap duduk, n ketemu orang yang g dikenal, dia ngajak kenalan, g peduli dimana, pas pembukaan kek, atau pas ketemu di mesjid kek, bahkan pas makan dia mengarah ke kerumpulan orang yang dia g kenal buat diajak kenalan. Orangnya sopan, suka cerita, tapi kalau sudah menghadap buku, kuat banget, bahkan sampai jamnya makan, dia sambi belajar, siang belajar, sore belajar, malemnya sampai jam 11, lebih mungkin soalnya aku tidur duluan. Kalau Joko, dia orangnya inisiatif, dia bisa mengatur jadwal, jam segini kesana jam segini kesitu, sepertinya dia orang yang sakit-sakitan, soalnya dia bawa banyak obat. Kalau dari 'penyelidikanku', dia itu ketua organisasi seperti FOSIF di ITB, dan dia jadi wakil ITB di olimpiade :). Kalau Rosi, dia punya dahi yang hitam, dengan celana cekak. Pikiran pertamaku, wah dia bakalan dakwah dengan gencar, soalnya pengalaman di ITS seperti itu. Tapi ternyata endak, dia santai2 aja, kalau ngomong pelan, dan g pernah ngajak diskusi, tapi kalau menurutku dia sedang dakwah, tapi tidak secara langsung. Contohnya, waktu itu sudah asar, aku masih ruwet dengan urusanku di kamar, kemudian Rosi berdiri sambil bilang "aku ke mushollah dulu ya", nah ini, izin, sekaligus mengajak secara tidak langsung. Aku memang g terasa diajak, tapi sungkannya itu lo, dia shalat ke musholla, aku endak, akhirnya aku ya bangkit, ngambil air wudlu dan berangkat. Dakwahnya berhasil. Kalau di ITS, aku pernah, waktu duduk2 di kantin, ada orang pakai baju koko dan celana cekak, kemudian bilang dengan suara yang lantang "sudah shalat!", tak jawab "sudah". Ketiga temenku itu punya beberapa karakter yang identik, contohnya, mereka bertiga baca qur'an sehabis shalat, shalatnya cenderung ke mushollah atau masjid, dan mereka bukan tipe2 guyon yang nggedabrus, atau nggojlok. Mereka ngomongnya enak, santai, tapi bahannya berat, contohnya kita kemarin ngobrol masalah hape, komputer, monopoli pasar, sampai MUI, sampai hisap hilal, dan, g ada perdebatan. Bkan karena kita pendapatnya sama, tapi g ada debat aja, yg ada diskusi. Mereka bertiga setia kawan, aku kan dari ITS sendiri, kenal juga baru saja, tapi mereka itu g berangkat makan, atau g berangkat ke acara, kalau aku juga belum siap. Dan gitu itu ndak ada kata2 kita tungguin fiqi dl ya, mereka diem aja, kayak saling paham begitu, dan kalau aku sudah siap, si Joko selalu mengawali, yuk berangkat. Wow. Pernah aku mandi sengaja tak lama2in, itu waktunya makan pagi, aku pengen tahu, mereka bakal nunggu atau berangkat dlan ya, kalau g salah mandinya tak buat 45 menit, dan pas keluar dari kamar mandi, mereka masih menunggu, dan menunggunya itu g diem, tapi sambil baca Al-Qur'an, ketiga-tiganya. Dan pas aku dapat peringkat ketiga, mereka belum dapat kesempatan untuk mendapat peringkat. Kalau orang pada umumnya, biasanya mereka diem, mengucapkan selamat, trus sudah, diem lagi, seperti merenung. Kalau mereka, pas aku dudk setelah pemberian tropi, aku disalami, diucapin selamat. Pas dikamar setelah itu, mereka nyelamatin lagi, kemudian ada yang bilang "Meski kita g dapat, Alhamdulillah di antara kita ada yang dapat, kita ikut seneng kok", kemudian ada yang menyahuti "iya, kita juga ikut seneng kok". Yah seperti itu beberapa pengalaman kemarin. Semoga bisa diambil hikmahnya ya :D
Thursday, June 27, 2013
ONMIPA 2013
Let me tell you about one of my story :
Ketika sd dulu, waktu di kelas, guru kelasku mengumumkan kalau akan ada lomba cerdas cermat, tingkat kecamatan, dan akan akan dipilih dua orang untuk mewakili sekolah dalam lomba tersebut. Waktu itu pikiranku sudah membayangkan, akan diadakan seleksi di kelas tersebut, untuk memilih siapa yang mewakili sekolah. Ternyata bayanganku salah, guruku langsung memilihku dan satu orang temanku tanpa diseleksi, pikiranku waktu itu mungkin karena masalah nilai. Beberapa hari kemudian, lupa tepatnya berapa hari, aku sudah di tempat lomba, aku melihat banyak anak sd seumuranku yang sedang belajar dengan gurunya, sedang dipandu, sedang belajar soal-soal yang mungkin akan keluar. Aku grogi, dadaku deg-degan dengan teramat sangat, badan panas dingin, pikirku kenapa guruku santai, sedangkan terlihat guru-guru yang lain sedang serius mengajari muridnya. Singkat cerita akhirnya aku dapet juara satu, dan terpilih untuk mewakili ke tingkat kabupaten.
Di kabupaten, kompetensi yang diujikan bukan hanya materi IPA, tetapi keterampilan seni. Kebetulan pada waktu itu aku lumayan mahir memainkan pianika, jadi keterampilan itu yang akan ditampilkan di lomba. Di hari H, aku lihat anak-anak lain ada yang menyanyi, ada yang memainkan recorder didampingi gurunya dengan keyboard, banyak sekali saingan, dan aku ingat ketika aku kehilangan tempo satu ketukan di tengah-tengah lagu karena grogi. Well, aku dapat juara tiga, dan waktu itu berhenti sampai disitu, karena yang akan maju ke Jawa Timur adalah yang juara satu.
Di smp aku tidak dikenal, jadi banyak sekali lomba-lomba yang terlewatkan, dan baru mulai memasuki arena lagi ketika guru fisikaku menyuruh aku mengikuti salah satu lomba di kabupaten, dan aku tergabung di tim intensif lomba di smpku. Waktu itu yang diambil juara hanya tiga, dan aku tidak termasuk, yang mengagetkan, ternyata posisiku di bawah peringkat tiga pas. Oke, ini membuatku semangat.
Dan di sma aku mulai membabi buta, berbagai lomba aku ikuti, baik di ITS, Gebyar Fisika atau EPW, unair, um, ub, hampir semuanya, baik bidang matematika atau fisika, meski tidak pernah sampai menang dan uang pendaftaran hilang begitu saja tanpa mendapat penghargaan. Di sma itu aku mulai akrab dengan osn, waktu itu aku kelas satu, dan mendapat posisi kelima di tingkat kabupaten, semua peringkat di atasku adalah kelas dua. Oke, aku paling junior. Dan berlima kami berangkat dari kabupaten ke asrama haji untuk mengikuti osn tingkat provinsi, baru kali itu aku sampai di tingkat tersebut, rasanya senang, takjub, juga grogi. Jelas, lawannya bukan lawan yang enteng. Dan, yah, aku kalah. Tidak sampai nasional. Di kelas dua, aku mengikuti osn lagi, dan mendapat juara satu di kabupaten, aku maju lagi ke provinsi, dan kalah lagi. Di sma aku hanya bisa sampai provinsi, belum sampai nasional, di lomba-lomba yang lain juga paling banter sampai semifinal. Waktu osn terakhirku itu aku berfikir, wah, ini osn terakhir, dan aku gagal, aku tidak akan bisa lagi merasakan aura kompetisi itu lagi, suasana yang menegangkan tetapi menyenangkan, antara perasaan takut, harap, cemas, dan senang.
Dan ternyata aku salah, Alhamdulillah, di bangku kuliah ternyata ada olimpiade lagi, tiga jenis olimpiade untuk fisika. Tahun 2011 aku ikut osn pertamina, dan aku gagal di penyisihan awal, sungguh membuat down. Kemudian di tahun yang sama, aku ikut OSTN Jogja, dan aku mendapat peringkat keempat, masih belum juara. Paling tidak ini memberiku sinyal baik, dan semangat yang menyala, untuk onmipa 2012. Yah, aku ‘jor-jor’an di onmipa 2012, karena aku harus mengejar materi yang belum dapat, em dan kuantum, dan fistat yang masih belum tuntas. Belajar nonstop dua hari dan Alhamdulillah aku dapat medali perunggu. Di tahun 2012 juga, aku ikut OSTN jogja lagi, pada saat itu aku merasa agak santai, mungkin terlalu santai, ini kesalahanku. Dan aku dapat juara tiga, kalah sama anak itb. Oke aku ceroboh karena menganggap enteng. Dan sekarang, aku ikut ONMIPA 2013, yah, aku tidak boleh ceroboh lagi, semua materi sudah kuterima, tinggal diulang dan diasah. Oke, aku belajar sampai larut malam, sampai dua teman sekamar sudah tidur pulas, aku masih duduk di depan buku kecil bertuliskan kuantum, fistat, dan buku gede em dan si super tebal atam. Harus kutuntaskan, tubuh rasanya sudah tidak kuat, aku doping dengan banyak-banyak minum air putih, sampai harus kekamar mandi tiap satu jam, di tengah malam. Oke, pada saat mengerjakan lomba, aku bener jor-joran, harus bisa, jika tidak bisa ya harus bisa, pokoknya harus bisa, gimana pun caranya, tapi jangan sampai curang, jujur. Tiba saatnya di pengumuman lomba. Pertama, diumumkan 5 peraih honorable mention, namaku tidak disebut, aku sms ke orang tuaku, honorable mention sudah disebutkan, namaku belum tersebut, kemudian diumumkan peraih medali perunggu, dan nama rekanku si aneh saiful disebut, tetapi namaku tidak tersebut, aku sms lagi, perunggu sudah disebutkan, namaku belum tersebut, kemudian medali perak, namaku tidak disebut lagi, aku sms lagi, medali perak sudah disebutkan, namaku tidak tersebut, sekitar lima menit lagi akan diumumkan medali emas. Pada saat itu di pikiranku cuma ada dua hal, emas, atau tidak dapat medali. Diumumkan, pertama, anak dari ITB, kedua namaku disebut, kaget, bingung, gemetar, apa benar. Aku maju ke podium sambil agak berlari, yah, aku di atas podium, di posisi medali emas, di puncak, bersama tiga teman dari perguruan tinggi lain. Aku telfon orang tuaku, sambil ngomong dengan gemetar, saya dapat medali emas. Wow, sesuatu. Pada saat medali emas itu dikalungkan, dan dijabat tangan, di podium di depan seluruh mahasiswa dari seluruh Indonesia, Sesuatu, aku turun podium, dan masih belum percaya, lima menit, 10 menit, sampai sekarang, masih ada pertanyaan, apa aku dapat medali emas.
Dulu di sd, aku sampai kecamatan, di smp, hanya di kabupaten, di sma, hanya sampai semifinal, saat mahasiswa, aku dapat medali perunggu kemudian emas. Sepak terjang jatuh bangun, kalah berkali-kali, dan akhirnya menang, dan memang harus menang. Masih teringat kata-kataku yang kubuat dulu, di atas langit, masih ada langit, tetapi langit pun masih ada batasnya, bukanlah sesuatu yang tidak mungkin jika kita bisa menyentuh langit. See ya :D
Kalau yang ini, OSTN Jogja 2012 :
Yang ini, Onmipa tahun 2012 :
Ketika sd dulu, waktu di kelas, guru kelasku mengumumkan kalau akan ada lomba cerdas cermat, tingkat kecamatan, dan akan akan dipilih dua orang untuk mewakili sekolah dalam lomba tersebut. Waktu itu pikiranku sudah membayangkan, akan diadakan seleksi di kelas tersebut, untuk memilih siapa yang mewakili sekolah. Ternyata bayanganku salah, guruku langsung memilihku dan satu orang temanku tanpa diseleksi, pikiranku waktu itu mungkin karena masalah nilai. Beberapa hari kemudian, lupa tepatnya berapa hari, aku sudah di tempat lomba, aku melihat banyak anak sd seumuranku yang sedang belajar dengan gurunya, sedang dipandu, sedang belajar soal-soal yang mungkin akan keluar. Aku grogi, dadaku deg-degan dengan teramat sangat, badan panas dingin, pikirku kenapa guruku santai, sedangkan terlihat guru-guru yang lain sedang serius mengajari muridnya. Singkat cerita akhirnya aku dapet juara satu, dan terpilih untuk mewakili ke tingkat kabupaten.
Di kabupaten, kompetensi yang diujikan bukan hanya materi IPA, tetapi keterampilan seni. Kebetulan pada waktu itu aku lumayan mahir memainkan pianika, jadi keterampilan itu yang akan ditampilkan di lomba. Di hari H, aku lihat anak-anak lain ada yang menyanyi, ada yang memainkan recorder didampingi gurunya dengan keyboard, banyak sekali saingan, dan aku ingat ketika aku kehilangan tempo satu ketukan di tengah-tengah lagu karena grogi. Well, aku dapat juara tiga, dan waktu itu berhenti sampai disitu, karena yang akan maju ke Jawa Timur adalah yang juara satu.
Di smp aku tidak dikenal, jadi banyak sekali lomba-lomba yang terlewatkan, dan baru mulai memasuki arena lagi ketika guru fisikaku menyuruh aku mengikuti salah satu lomba di kabupaten, dan aku tergabung di tim intensif lomba di smpku. Waktu itu yang diambil juara hanya tiga, dan aku tidak termasuk, yang mengagetkan, ternyata posisiku di bawah peringkat tiga pas. Oke, ini membuatku semangat.
Dan di sma aku mulai membabi buta, berbagai lomba aku ikuti, baik di ITS, Gebyar Fisika atau EPW, unair, um, ub, hampir semuanya, baik bidang matematika atau fisika, meski tidak pernah sampai menang dan uang pendaftaran hilang begitu saja tanpa mendapat penghargaan. Di sma itu aku mulai akrab dengan osn, waktu itu aku kelas satu, dan mendapat posisi kelima di tingkat kabupaten, semua peringkat di atasku adalah kelas dua. Oke, aku paling junior. Dan berlima kami berangkat dari kabupaten ke asrama haji untuk mengikuti osn tingkat provinsi, baru kali itu aku sampai di tingkat tersebut, rasanya senang, takjub, juga grogi. Jelas, lawannya bukan lawan yang enteng. Dan, yah, aku kalah. Tidak sampai nasional. Di kelas dua, aku mengikuti osn lagi, dan mendapat juara satu di kabupaten, aku maju lagi ke provinsi, dan kalah lagi. Di sma aku hanya bisa sampai provinsi, belum sampai nasional, di lomba-lomba yang lain juga paling banter sampai semifinal. Waktu osn terakhirku itu aku berfikir, wah, ini osn terakhir, dan aku gagal, aku tidak akan bisa lagi merasakan aura kompetisi itu lagi, suasana yang menegangkan tetapi menyenangkan, antara perasaan takut, harap, cemas, dan senang.
Dan ternyata aku salah, Alhamdulillah, di bangku kuliah ternyata ada olimpiade lagi, tiga jenis olimpiade untuk fisika. Tahun 2011 aku ikut osn pertamina, dan aku gagal di penyisihan awal, sungguh membuat down. Kemudian di tahun yang sama, aku ikut OSTN Jogja, dan aku mendapat peringkat keempat, masih belum juara. Paling tidak ini memberiku sinyal baik, dan semangat yang menyala, untuk onmipa 2012. Yah, aku ‘jor-jor’an di onmipa 2012, karena aku harus mengejar materi yang belum dapat, em dan kuantum, dan fistat yang masih belum tuntas. Belajar nonstop dua hari dan Alhamdulillah aku dapat medali perunggu. Di tahun 2012 juga, aku ikut OSTN jogja lagi, pada saat itu aku merasa agak santai, mungkin terlalu santai, ini kesalahanku. Dan aku dapat juara tiga, kalah sama anak itb. Oke aku ceroboh karena menganggap enteng. Dan sekarang, aku ikut ONMIPA 2013, yah, aku tidak boleh ceroboh lagi, semua materi sudah kuterima, tinggal diulang dan diasah. Oke, aku belajar sampai larut malam, sampai dua teman sekamar sudah tidur pulas, aku masih duduk di depan buku kecil bertuliskan kuantum, fistat, dan buku gede em dan si super tebal atam. Harus kutuntaskan, tubuh rasanya sudah tidak kuat, aku doping dengan banyak-banyak minum air putih, sampai harus kekamar mandi tiap satu jam, di tengah malam. Oke, pada saat mengerjakan lomba, aku bener jor-joran, harus bisa, jika tidak bisa ya harus bisa, pokoknya harus bisa, gimana pun caranya, tapi jangan sampai curang, jujur. Tiba saatnya di pengumuman lomba. Pertama, diumumkan 5 peraih honorable mention, namaku tidak disebut, aku sms ke orang tuaku, honorable mention sudah disebutkan, namaku belum tersebut, kemudian diumumkan peraih medali perunggu, dan nama rekanku si aneh saiful disebut, tetapi namaku tidak tersebut, aku sms lagi, perunggu sudah disebutkan, namaku belum tersebut, kemudian medali perak, namaku tidak disebut lagi, aku sms lagi, medali perak sudah disebutkan, namaku tidak tersebut, sekitar lima menit lagi akan diumumkan medali emas. Pada saat itu di pikiranku cuma ada dua hal, emas, atau tidak dapat medali. Diumumkan, pertama, anak dari ITB, kedua namaku disebut, kaget, bingung, gemetar, apa benar. Aku maju ke podium sambil agak berlari, yah, aku di atas podium, di posisi medali emas, di puncak, bersama tiga teman dari perguruan tinggi lain. Aku telfon orang tuaku, sambil ngomong dengan gemetar, saya dapat medali emas. Wow, sesuatu. Pada saat medali emas itu dikalungkan, dan dijabat tangan, di podium di depan seluruh mahasiswa dari seluruh Indonesia, Sesuatu, aku turun podium, dan masih belum percaya, lima menit, 10 menit, sampai sekarang, masih ada pertanyaan, apa aku dapat medali emas.
Dulu di sd, aku sampai kecamatan, di smp, hanya di kabupaten, di sma, hanya sampai semifinal, saat mahasiswa, aku dapat medali perunggu kemudian emas. Sepak terjang jatuh bangun, kalah berkali-kali, dan akhirnya menang, dan memang harus menang. Masih teringat kata-kataku yang kubuat dulu, di atas langit, masih ada langit, tetapi langit pun masih ada batasnya, bukanlah sesuatu yang tidak mungkin jika kita bisa menyentuh langit. See ya :D
Kalau yang ini, OSTN Jogja 2012 :
Yang ini, Onmipa tahun 2012 :
Subscribe to:
Posts (Atom)