Thursday, June 27, 2013

ONMIPA 2013

Let me tell you about one of my story :

Ketika sd dulu, waktu di kelas, guru kelasku mengumumkan kalau akan ada lomba cerdas cermat, tingkat kecamatan, dan akan akan dipilih dua orang untuk mewakili sekolah dalam lomba tersebut. Waktu itu pikiranku sudah membayangkan, akan diadakan seleksi di kelas tersebut, untuk memilih siapa yang mewakili sekolah. Ternyata bayanganku salah, guruku langsung memilihku dan satu orang temanku tanpa diseleksi, pikiranku waktu itu mungkin karena masalah nilai. Beberapa hari kemudian, lupa tepatnya berapa hari, aku sudah di tempat lomba, aku melihat banyak anak sd seumuranku yang sedang belajar dengan gurunya, sedang dipandu, sedang belajar soal-soal yang mungkin akan keluar. Aku grogi, dadaku deg-degan dengan teramat sangat, badan panas dingin, pikirku kenapa guruku santai, sedangkan terlihat guru-guru yang lain sedang serius mengajari muridnya. Singkat cerita akhirnya aku dapet juara satu, dan terpilih untuk mewakili ke tingkat kabupaten.

Di kabupaten, kompetensi yang diujikan bukan hanya materi IPA, tetapi keterampilan seni. Kebetulan pada waktu itu aku lumayan mahir memainkan pianika, jadi keterampilan itu yang akan ditampilkan di lomba. Di hari H, aku lihat anak-anak lain ada yang menyanyi, ada yang memainkan recorder didampingi gurunya dengan keyboard, banyak sekali saingan, dan aku ingat ketika aku kehilangan tempo satu ketukan di tengah-tengah lagu karena grogi. Well, aku dapat juara tiga, dan waktu itu berhenti sampai disitu, karena yang akan maju ke Jawa Timur adalah yang juara satu.

Di smp aku tidak dikenal, jadi banyak sekali lomba-lomba yang terlewatkan, dan baru mulai memasuki arena lagi ketika guru fisikaku menyuruh aku mengikuti salah satu lomba di kabupaten, dan aku tergabung di tim intensif lomba di smpku. Waktu itu yang diambil juara hanya tiga, dan aku tidak termasuk, yang mengagetkan, ternyata posisiku di bawah peringkat tiga pas. Oke, ini membuatku semangat.
Dan di sma aku mulai membabi buta, berbagai lomba aku ikuti, baik di ITS, Gebyar Fisika atau EPW, unair, um, ub, hampir semuanya, baik bidang matematika atau fisika, meski tidak pernah sampai menang dan uang pendaftaran hilang begitu saja tanpa mendapat penghargaan. Di sma itu aku mulai akrab dengan osn, waktu itu aku kelas satu, dan mendapat posisi kelima di tingkat kabupaten, semua peringkat di atasku adalah kelas dua. Oke, aku paling junior. Dan berlima kami berangkat dari kabupaten ke asrama haji untuk mengikuti osn tingkat provinsi, baru kali itu aku sampai di tingkat tersebut, rasanya senang, takjub, juga grogi. Jelas, lawannya bukan lawan yang enteng. Dan, yah, aku kalah. Tidak sampai nasional. Di kelas dua, aku mengikuti osn lagi, dan mendapat juara satu di kabupaten, aku maju lagi ke provinsi, dan kalah lagi. Di sma aku hanya bisa sampai provinsi, belum sampai nasional, di lomba-lomba yang lain juga paling banter sampai semifinal. Waktu osn terakhirku itu aku berfikir, wah, ini osn terakhir, dan aku gagal, aku tidak akan bisa lagi merasakan aura kompetisi itu lagi, suasana yang menegangkan tetapi menyenangkan, antara perasaan takut, harap, cemas, dan senang.

Dan ternyata aku salah, Alhamdulillah, di bangku kuliah ternyata ada olimpiade lagi, tiga jenis olimpiade untuk fisika. Tahun 2011 aku ikut osn pertamina, dan aku gagal di penyisihan awal, sungguh membuat down. Kemudian di tahun yang sama, aku ikut OSTN Jogja, dan aku mendapat peringkat keempat, masih belum juara. Paling tidak ini memberiku sinyal baik, dan semangat yang menyala, untuk onmipa 2012. Yah, aku ‘jor-jor’an di onmipa 2012, karena aku harus mengejar materi yang belum dapat, em dan kuantum, dan fistat yang masih belum tuntas. Belajar nonstop dua hari dan Alhamdulillah aku dapat medali perunggu. Di tahun 2012 juga, aku ikut OSTN jogja lagi, pada saat itu aku merasa agak santai, mungkin terlalu santai, ini kesalahanku. Dan aku dapat juara tiga, kalah sama anak itb. Oke aku ceroboh karena menganggap enteng. Dan sekarang, aku ikut ONMIPA 2013, yah, aku tidak boleh ceroboh lagi, semua materi sudah kuterima, tinggal diulang dan diasah. Oke, aku belajar sampai larut malam, sampai dua teman sekamar sudah tidur pulas, aku masih duduk di depan buku kecil bertuliskan kuantum, fistat, dan buku gede em dan si super tebal atam. Harus kutuntaskan, tubuh rasanya sudah tidak kuat, aku doping dengan banyak-banyak minum air putih, sampai harus kekamar mandi tiap satu jam, di tengah malam. Oke, pada saat mengerjakan lomba, aku bener jor-joran, harus bisa, jika tidak bisa ya harus bisa, pokoknya harus bisa, gimana pun caranya, tapi jangan sampai curang, jujur. Tiba saatnya di pengumuman lomba. Pertama, diumumkan 5 peraih honorable mention, namaku tidak disebut, aku sms ke orang tuaku, honorable mention sudah disebutkan, namaku belum tersebut, kemudian diumumkan peraih medali perunggu, dan nama rekanku si aneh saiful disebut, tetapi namaku tidak tersebut, aku sms lagi, perunggu sudah disebutkan, namaku belum tersebut, kemudian medali perak, namaku tidak disebut lagi, aku sms lagi, medali perak sudah disebutkan, namaku tidak tersebut, sekitar lima menit lagi akan diumumkan medali emas. Pada saat itu di pikiranku cuma ada dua hal, emas, atau tidak dapat medali. Diumumkan, pertama, anak dari ITB, kedua namaku disebut, kaget, bingung, gemetar, apa benar. Aku maju ke podium sambil agak berlari, yah, aku di atas podium, di posisi medali emas, di puncak, bersama tiga teman dari perguruan tinggi lain. Aku telfon orang tuaku, sambil ngomong dengan gemetar, saya dapat medali emas. Wow, sesuatu. Pada saat medali emas itu dikalungkan, dan dijabat tangan, di podium di depan seluruh mahasiswa dari seluruh Indonesia, Sesuatu, aku turun podium, dan masih belum percaya, lima menit, 10 menit, sampai sekarang, masih ada pertanyaan, apa aku dapat medali emas.

Dulu di sd, aku sampai kecamatan, di smp, hanya di kabupaten, di sma, hanya sampai semifinal, saat mahasiswa, aku dapat medali perunggu kemudian emas. Sepak terjang jatuh bangun, kalah berkali-kali, dan akhirnya menang, dan memang harus menang. Masih teringat kata-kataku yang kubuat dulu, di atas langit, masih ada langit, tetapi langit pun masih ada batasnya, bukanlah sesuatu yang tidak mungkin jika kita bisa menyentuh langit. See ya :D









Kalau yang ini, OSTN Jogja 2012 :




Yang ini, Onmipa tahun 2012 :